21 oktober

TB Alliance dengan Dukungan Republik Korea Mengumumkan Inisiatif untuk Memperluas Adopsi dan Peningkatan Perawatan yang Lebih Baik Pada Tuberkulosis (TB) yang Resistan Obat

 

LIFT-TB akan meningkatkan angka penuntasan pengobatan TB yang resistan obat, dengan fokus pada tujuh negara di Asia Tenggara dan Asia Tengah yang menanggung sekitar 1 dari 5 kasus TB

PRETORIA (21 Oktober 2020)โ€”TB Alliance telah mengumumkan inisiatif untuk memperluas adopsi dan peningkatan rejimen perawatan yang lebih baik terhadap tuberkulosis (TB). Inisiatif ini, yang dikenal sebagai LIFT-TB (Leveraging Innovation for Faster Treatment of Tuberculosis/Meningkatkan Inovasi untuk Perawatan Tuberkulosis Dengan Lebih Cepat), juga akan mencari cara untuk meningkatkan angka penuntasan pengobatan untuk bentuk TB yang resistan obat di beberapa negara yang paling terdampak oleh bentuk TB ini di kawasan Asia Tenggara dan Asia Tengah, yaitu Indonesia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Kyrgyzstan, Ukraina, dan Uzbekistan.

โ€œAkhir-akhir ini kami menyaksikan momentum yang luar biasa dalam memerangi beberapa bentuk TB yang paling resistan obat,โ€ kata Sandeep Juneja, SVP Market Access di TB Alliance. โ€œSaat ini, kami bersemangat untuk membantu menciptakan dampak dengan memastikan bahwa rejimen baru terhadap pengobatan TB telah tersedia secara luas bagi pihak-pihak yang paling membutuhkannya.โ€

Proyek yang telah berjalan lima tahun ini membutuhkan komitmen pendanaan gabungan sekitar US$10,5 juta oleh TB Alliance dan Republik Korea, melalui Dana Pemberantasan Penyakit Global (GDEF), di ketujuh negara yang ditargetkan. Tujuan proyek ini adalah untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian pasien TB, keluarganya, dan masyarakat dengan memberikan bantuan teknis guna memfasilitasi adopsi dan peningkatan rejimen pengobatan TB yang lebih baik, serta mengurangi beban sistem kesehatan dan epidemiologi tuberkulosis yang resistan obat. Sasaran proyek ini antara lain akan mendukung dimulainya penelitian operasi lebih awal terhadap penggunaan rejimen BPaL dengan tiga obat oral selama enam bulan, yang direncanakan negara-negara yang berpartisipasi, dan sesuai dengan yang disarankan WHO saat ini.

Proyek ini akan dilaksanakan dalam kemitraan dengan Pusat Riset Tuberkulosis Internasional (ITRC), yang berlokasi di Korea, kolaborator utama TB Alliance untuk proyek ini. Proyek ini akan mengandalkan bantuan teknis dari mitra internasional dan nasional lainnya, termasuk Yayasan Tuberkulosis KNCV.

โ€œITRC bertekad untuk mengembangkan, meningkatkan, dan menyebarkan teknologi diagnostik yang dengan cepat dapat mengidentifikasi bakteri yang resistan obat. Kami bersemangat untuk terlibat dalam LIFT-TB dan menyumbangkan keahlian kami dalam diagnosis TB demi keberhasilan pengenalan dan peningkatan pengobatan TB yang lebih baik,โ€ kata Dr. Sun Dae Song, Ketua Dewan ITRC.

Proyek ini akan memfasilitasi akses ke rejimen pengobatan baru untuk bentuk TB yang resistan obat, dimulai dengan pengobatan kombinasi antara bedakuilina, pretomanida dan linezolida, yang secara bersama-sama disebut sebagai rejimen BPaL. Rejimen ini dipelajari dalam uji coba penting Nix-TB oleh TB Alliance, yang memperlihatkan hasil yang baik pada 90% pasien, sebagaimana diterbitkan dalam New England Journal of Medicine edisi 5 Maret 2020.1 Pretomanida, entitas kimia baru yang dikembangkan oleh TB Alliance sebagai bagian dari BPaL, sekarang telah menerima otorisasi pemasaran dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS, Komisi Eropa, dan Jenderal Pengawas Obat India. Entitas ini telah disetujui sebagai formulasi tablet oral sebagai bagian dari rejimen BPal, untuk pengobatan pasien dewasa dengan TB yang resistan obat secara ekstensif (XDR-TB), atau mengidap TB paru yang resistan terhadap banyak obat (MDR-TB), yang tidak toleran terhadap pengobatan atau tidak responsif.

Pada tahun 2019, diperkirakan 10 juta orang terkena TB di seluruh dunia, 62% di antaranya berada di kawasan Pasifik Tenggara dan Barat.2 Sementara ketujuh negara target dalam proyek ini hanya mencakup 8% dari populasi global, negara-negara tersebut menyumbang 12,5% dari kejadian TB yang resistan obat di seluruh dunia dan hanya satu dari ketiga pasien penderita TB yang dirawat di sana.2

Tentang TB
TB adalah penyakit menular yang dapat menyebar dari orang ke orang melalui udara. TB, dalam segala bentuk, harus diobati dengan kombinasi obat; bentuk TB yang paling resistan membutuhkan pengobatan selama enam bulan menggunakan empat obat anti TB.3 Pengobatan XDR-TB atau MDR-TB yang tidak toleran/tidak responsif terhadap pengobatan secara historis telah berlangsung lama dan kompleks; sebagian besar pasien XDR-TB diobati dengan kombinasi delapan antibiotik, beberapa menyertakan suntikan harian, selama 18 bulan atau lebih lama.3 Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan angka keberhasilan pengobatan sekitar 39 persen untuk XDR-TB4 dan 57 persen untuk MDR-TB.2

Tentang TB Alliance
TB Alliance adalah organisasi nirlaba yang dikhususkan untuk menemukan rejimen obat yang bekerja lebih cepat dan harganya terjangkau untuk melawan TB. Dengan sains yang inovatif dan dengan mitra di seluruh dunia, tujuan kami adalah memastikan akses yang adil ke pengobatan TB yang lebih cepat dan lebih baik yang akan memajukan kesehatan dan kemakmuran global. TB Alliance beroperasi dengan dukungan dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Bill & Melinda Gates Foundation, Kementerian Pendidikan dan Riset Federal Jerman melalui KfW, Global Health Innovative Technology Fund, Dana kesehatan Indonesia, Bantuan Irlandia, Badan Kerjasama Internasional Korea (KOICA), Medical Research Council (Inggris), National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Kementerian Luar Negeri Belanda, Kementerian Luar Negeri (MOFA) Republik Korea, Departemen Pembangunan Internasional, Inggris, Departemen Kesehatan Inggris, dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat.

Tentang GDEF
Dana Pemberantasan Penyakit Global Pemerintah Republik Korea berlandaskan pada sistem retribusi solidaritas tiket pesawat terbang yang mengenakan retribusi sebesar KRW 1.000 pada penumpang yang berangkat dari bandara di Korea, dengan tujuan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular di negara berkembang. GDEF bermitra dengan bermacam-macam pihak untuk mengembangkan, menguji, dan mengirimkan berbagai produk inovatif untuk memerangi penyakit menular di seluruh dunia. Kementerian Luar Negeri mempercayakan Badan Kerjasama Internasional Korea (KOICA) untuk beroperasi dan mengelola GDEF.

Tentang KOICA
Badan Kerjasama Internasional Korea (KOICA) berada di bawah Kementerian Luar Negeri (MOFA), ikut berkontribusi pada kemajuan kerjasama internasional melalui berbagai proyek yang membangun hubungan persahabatan dan kolaboratif serta pertukaran timbal balik antara Korea dan negara-negara berkembang, serta mendukung pembangunan ekonomi dan sosial di negara berkembang, sebagai badan kerja sama pembangungan terkemuka di KOREA.

Kontak:
TB Alliance
Thomas Lynch
646.616.8639
Email: communications@tballiance.org


  1. Conradie F, et al. Bedakuilina, pretomanida, dan linezolida untuk pengobatan tuberkulosis paru dengan resistansi yang luas terhadap obat, tidak toleran atau tidak responsif terhadap beberapa obat. N Eng J Med 2020;382:893-902.

  2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Laporan TB Global 2020 Tersedia di: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/336069/9789240013131-eng.pdf

  3. Ulasan Tentang Resistensi Antimikroba. Menanggulangi Infeksi yang Resistan Obat di Seluruh Dunia. Mei 2016. Tersedia di: https://amr-review.org/sites/default/files/160518_Final%20paper_with%20cover.pdf

  4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Laporan TB Global 2019 Tersedia di: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/329368/9789241565714-eng.pdf?ua=1